Senin, 18 Juni 2012

Transformasi industri


         Transformasi industri. Pembangunan sektor industri pengolahan dalam Pembangunan Jangka Panjang Pertama (PJP I) memegang peranan strategis dalam upaya meletakkan landasan pembangunan yang kokoh bagi tahap pembangunan jangka panjang selanjutnya (25 tahun berikutnya). Dlam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1988 dinyatakan dengan jelas bahwa pembnagunan industri dalam PJP I harus mampu membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi Indonesia.  Hal ini berarti bahwa sektor industri di dalam perekonomian nasional berperan sebagai motor penggerak utama bagi pertumbuhan sektor utama lainnya melalui keterkaitan produksi ke belakang maupun ke depan.
            Sejak pelita I hingga saat ini, perkembangan sektor industri pengolahan dilaksanakan secara bertahap. Dalam Plita I dan Pelita II, dikembangkan industri-industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku yang mendukung perkembangan serta pertumbuhan output di sektor pertanian, misalnya industri pupuk, dan industri-industri yang menunjang pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak, seperti sandang dan pangan. Dalam pelita III, pengembangan industri  pengolahan dititikberatkan pada industri yang memproses bahan baku menjadi barang jadi. Kemudian, sejak Pelita IV hingga saat ini (Repelita VI), pengembangan difokuskan pada industri-industri yang menghasilkan bermacam mesin industri. Pada awal proses pengembangan, sektor industri pengolahan di Indonesia didukung oleh kebijakan substitusi impor hingga pertengahan tahun 1980-an.
            Selama periode 1989-1994, secara keseluruhan, sumbangan sektor industri pengolahan terhadap PDB menunjukkan peningkatan setiap tahun (lihat tabel 7.1). Setiap tahun selama periode 1989-1994, pangsa PDB dari industri pengolahan nonmigas (manufaktur) jauh lebih besar daripada industri pengilangan minyak bumi dan industri pengolahan gas alam cair. Pangsa output nasional dari industri manufaktur meningkat dari 14,88% pada tahun 1989 menjadi 21,19% pada tahun 1994. Sedangkan sumbangan industri pengilangan minyak terhadap output agregat hanya berkembang sangat kecil, dari 1,29% pada tahun 1989 menjadi 1,52% pada tahun 1994; kontribusi pengolahan gas terhadap total output nasional, bahkan mengalami penurunan, yakni dari 1,97% pada tahun 1989 menjadi 1,19% pada tahun 1994.
            Selama Pelita V, laju pertumbuhan output di sektor industri pengolahan secara keseluruhan atas dasar harga konstan tahun 1983 mencapai rata-rata 10% per tahun, sedangkan laju pertumbuhan output di industri pengolahan nonmigas mencapai rata-rata 11,59% setiap tahunnya (lihat tabel 7.2). dibandingkan dengan industri pengilangan minyak bumi dan pengolahan gas alam cair, sektor industri manufaktur memiliki laju pertumbuhan output rata-rata pertahun yang jauh lebih tinggi. Kontribusi industri pengolahan terhadap PDB menurut tiga subsektor tersebut (lihat tabel 7.1) dan struktur pertumbuhan (lihat tabel 7.2) manunjukan bahwa di dalam ekonomi Indonesia, industri manufaktur semakin penting dibandingkan dengan dua jenis industri lainnya tersebut. Peranan sektor manufaktur dilihat dalam bentuk kontribusi output nya dan di versifikasi produknya merupakan salah satu indikator yang menunjukan tingkat industrialisasi di suatu ekonomi. Peranan sektor manufaktur di Indonesia menandakan bahwa tingkat industrialisasi di dalam perekonomian nasional semakin tinggi.
Tabel 7.1
Kontribusi PDB dari Sektor Industri Pengolahan
Atas Dasar Harga Berlaku, 1989-1994 (Dalam Persentase)
Subsektor
1989
1990
1991
1992
1993
1994
Industri Pengolahan






Nonmigas
14,88
16,17
17,21
18,41
19,34
21,19
Pengilangan Minyak Bumi
1,29
1,83
1,67
1,66
1,68
1,52
Pengolahan Gas Alam Cair
1,97
1,90
2,07
1,69
1,29
1,19
Total
18,14
19,89
20,96
21,76
22,30
23,91
*angka sementara
Sumber: BPS, statistik Indonesia


Tabel 7.2
Pertumbuhan Output di Sektor Industri Pengolahan Menurut
Subsektor Atas Dasar Harga Konstan, 1989-1994 (Dalam Persentase)
Subsektor
1989
1990
1991
1992
1993
1994
Industri Pengolahan Non migas
11,57
12,97
10,86
10,96
11,59
11,98
Pengilangan Minyak Bumi
0,90
10,07
2,14
5,77
-1,29
2,62
Pengolaha Gas Alam Cair
2,52
9,56
6,33
5,18
1,94
8,15
Total
9,29
12,19
9,60
9,68
9,35
11,06

*untuk tahun 1989 s.d 1993 atas dasar harga konstan 1983 dan untuk tahun 1994 atas dasar harga konstan 1993.
**Angka sementara.
Sumber: BPS, Statistik Indonesia.

 Sumber :  Dr. Tulus t.h tambunan, perekonomian Indonesia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar