Transformasi industri.
Pembangunan sektor industri pengolahan dalam Pembangunan Jangka Panjang
Pertama (PJP I) memegang peranan strategis dalam upaya meletakkan
landasan pembangunan yang kokoh bagi tahap pembangunan jangka panjang
selanjutnya (25 tahun berikutnya). Dlam Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN) tahun 1988 dinyatakan dengan jelas bahwa pembnagunan industri
dalam PJP I harus mampu membawa perubahan mendasar dalam struktur
ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa sektor industri di dalam
perekonomian nasional berperan sebagai motor penggerak utama bagi
pertumbuhan sektor utama lainnya melalui keterkaitan produksi ke
belakang maupun ke depan.
Sejak pelita I hingga saat ini, perkembangan sektor industri pengolahan
dilaksanakan secara bertahap. Dalam Plita I dan Pelita II, dikembangkan
industri-industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku yang
mendukung perkembangan serta pertumbuhan output di sektor pertanian,
misalnya industri pupuk, dan industri-industri yang menunjang pemenuhan
kebutuhan pokok rakyat banyak, seperti sandang dan pangan. Dalam pelita
III, pengembangan industri pengolahan dititikberatkan pada industri
yang memproses bahan baku menjadi barang jadi. Kemudian, sejak Pelita IV
hingga saat ini (Repelita VI), pengembangan difokuskan pada
industri-industri yang menghasilkan bermacam mesin industri. Pada awal
proses pengembangan, sektor industri pengolahan di Indonesia didukung
oleh kebijakan substitusi impor hingga pertengahan tahun 1980-an.
Selama periode 1989-1994, secara keseluruhan, sumbangan sektor industri
pengolahan terhadap PDB menunjukkan peningkatan setiap tahun (lihat
tabel 7.1). Setiap tahun selama periode 1989-1994, pangsa PDB dari
industri pengolahan nonmigas (manufaktur) jauh lebih besar daripada
industri pengilangan minyak bumi dan industri pengolahan gas alam cair.
Pangsa output nasional dari industri manufaktur meningkat dari 14,88%
pada tahun 1989 menjadi 21,19% pada tahun 1994. Sedangkan sumbangan
industri pengilangan minyak terhadap output agregat hanya berkembang
sangat kecil, dari 1,29% pada tahun 1989 menjadi 1,52% pada tahun 1994;
kontribusi pengolahan gas terhadap total output nasional, bahkan
mengalami penurunan, yakni dari 1,97% pada tahun 1989 menjadi 1,19% pada
tahun 1994.
Selama Pelita V, laju pertumbuhan output di sektor industri pengolahan
secara keseluruhan atas dasar harga konstan tahun 1983 mencapai
rata-rata 10% per tahun, sedangkan laju pertumbuhan output di industri
pengolahan nonmigas mencapai rata-rata 11,59% setiap tahunnya (lihat
tabel 7.2). dibandingkan dengan industri pengilangan minyak bumi dan
pengolahan gas alam cair, sektor industri manufaktur memiliki laju
pertumbuhan output rata-rata pertahun yang jauh lebih tinggi. Kontribusi
industri pengolahan terhadap PDB menurut tiga subsektor tersebut (lihat
tabel 7.1) dan struktur pertumbuhan (lihat tabel 7.2) manunjukan bahwa
di dalam ekonomi Indonesia, industri manufaktur semakin penting
dibandingkan dengan dua jenis industri lainnya tersebut. Peranan sektor
manufaktur dilihat dalam bentuk kontribusi output nya dan di versifikasi
produknya merupakan salah satu indikator yang menunjukan tingkat
industrialisasi di suatu ekonomi. Peranan sektor manufaktur di Indonesia
menandakan bahwa tingkat industrialisasi di dalam perekonomian nasional
semakin tinggi.
Tabel 7.1
Kontribusi PDB dari Sektor Industri Pengolahan
Atas Dasar Harga Berlaku, 1989-1994 (Dalam Persentase)
Subsektor
|
1989
|
1990
|
1991
|
1992
|
1993
|
1994
|
Industri Pengolahan
| ||||||
Nonmigas
|
14,88
|
16,17
|
17,21
|
18,41
|
19,34
|
21,19
|
Pengilangan Minyak Bumi
|
1,29
|
1,83
|
1,67
|
1,66
|
1,68
|
1,52
|
Pengolahan Gas Alam Cair
|
1,97
|
1,90
|
2,07
|
1,69
|
1,29
|
1,19
|
Total
|
18,14
|
19,89
|
20,96
|
21,76
|
22,30
|
23,91
|
*angka sementara
Sumber: BPS, statistik Indonesia
Tabel 7.2
Pertumbuhan Output di Sektor Industri Pengolahan Menurut
Subsektor Atas Dasar Harga Konstan, 1989-1994 (Dalam Persentase)
Subsektor
|
1989
|
1990
|
1991
|
1992
|
1993
|
1994
|
Industri Pengolahan Non migas
|
11,57
|
12,97
|
10,86
|
10,96
|
11,59
|
11,98
|
Pengilangan Minyak Bumi
|
0,90
|
10,07
|
2,14
|
5,77
|
-1,29
|
2,62
|
Pengolaha Gas Alam Cair
|
2,52
|
9,56
|
6,33
|
5,18
|
1,94
|
8,15
|
Total
|
9,29
|
12,19
|
9,60
|
9,68
|
9,35
|
11,06
|
*untuk tahun 1989 s.d 1993 atas dasar harga konstan 1983 dan untuk tahun 1994 atas dasar harga konstan 1993.
**Angka sementara.
Sumber: BPS, Statistik Indonesia.
Sumber : Dr. Tulus t.h tambunan, perekonomian Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar