Perkembangan Buah Pala di Indonesia. Peranan pala sangat signifikan
karena mampu mensuplai 60%-75% kebutuhan pangsa pasar dunia serta mempunyai
banyak manfaat baik dalam bentuk mentah ataupun produk turunannya. Keunggulan
tanaman ini semua bagian buahnya dapat dimanfaatkan, disamping itu pala
termasuk tanaman yang mempunyai keunggulan komparatif alamiah karena berumur
panjang, daunnya tidak pernah mengalami musim gugur sepanjang tahun, sehingga
baik untuk penghijauan dan dapat tumbuh dengan pemeliharaan minim. Dengan
demikian potensi pala cukup kompetitif dan dapat diandalkan dalam membantu
pertumbuhan perekonomian di daerah sentra produksi. Meskipun buah pala mempunyai
nilai standar namun biji buah yang sudah menjadi produk turunan dapat bernilai
tinggi karena digunakan sebagai bahan industri minuman, makanan, farmasi dan
kosmetik.
Perkembangan total luas areal pala di
Indonesia sejak tahun 1967 hingga 2007 relatif berfluktuatif namun cenderung
mengalami peningkatan. Selama kurun waktu tersebut, total luas areal pala di
Indonesia meningkat dari 12.742 ha pada tahun 1967 menjadi 74.530 ha pada tahun
2007 atau meningkat rata-rata 5,35% per tahun. Berdasarkan status pengusahaannya
sejak tahun 1967 hingga tahun 2007 (rata-rata), 97,72% perkebunan pala di
Indonesia diusahakan oleh rakyat (PR). Sedangkan sisanya sebesar 2,17% dikelola
oleh perkebunan besar negara (PBN) dan sebesar 0,29% dikelola oleh perkebunan
swasta (PBS). Kontribusi Rata-rata Luas Areal Perkebunan Pala di Indonesia Menurut
Status Pengusahaan, (Rata-rata 1967 – 2008) Produksi pala di Indonesia adalah
dalam bentuk biji pala. Terlihat perkembangan produksi biji pala yang cenderung
meningkat dari tahun 1967 hingga tahun 2002, walaupun sempat terjadi penurunan
yang sangat tinggi pada tahun 1999 sebesar 30,53% . Pada tahun 2000 produksi
biji pala di Indonesia kembali meningkat namun pada tahun 2004 terjadi
penurunan yang sangat signifikan hingga mencapai 53,41%, begitu pula pada tahun
2005 yang turun sebesar 20,87%. Rata-rata pertumbuhan produksi biji pala
nasional pada kurun waktu 1967-2007 sebesar 3,92%. Pertumbuhan yang sangat
tinggi pada kurun waktu tersebut terjadi pada perkebunan besar negara (PBN)
sebesar 100,78%.
Perkembangan
volume ekspor pala di Indonesia terlihat meningkat sejak tahun 1996 hingga
tahun 2006, walaupun sempat terjadi penurunan yang cukup signifikan sebesar
23,77% pada tahun 2001 menjadi 7,97 ribu ton dari sebesar 10,46 ribu ton pada
tahun 2000. Pada tahun 2002 ekspor pala kembali meningkat hingga tahun 2006,
namun kemudian volume ekspor pala tersebut kembali turun pada tahun 2007 hingga
2008 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5,81% pertahun, sementara nilai
ekspor tumbuh sebesar 16, 56% pertahun pada periode 1996-2008. Bentuk ekspor
pala adalah pala berkulit, pala kupasan dan bunga pala. Berbeda dengan tren
perkembangan volume ekspor, perkembangan volume impor pala pada periode 1996-
2008 sangatlah berfluktuatif. Wujud pala yang diimpor sama dengan wujud pala
yang diekspor yaitu pala berkulit, pala kupasan, dan bunga pala. Rata-rata
pertumbuhan volume impor pala pada periode 1996-2008 sebesar 103,60% pertahun,
jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan volume ekspornya walaupun secara kuantitatif
volume ekspor jauh lebih besar. Seperti halnya volume impor, rata-rata pertumbuhan
nilai impor pala cukup tinggi yaitu sebesar 65,35% pertahun pada periode yang
sama. Pertumbuhan yang cukup tinggi ini dapat disebabkan tingginya nilai
pertumbuhan impor pala pada tahun 2003 yaitu sebesar 422,22%, padahal pada
tahun yang sama pertumbuhan volume impor turun sebesar 61,11%. Dilihat dari
rata-rata pertumbuhan nilai impornya yang begitu tinggi, dapat diartikan bahwa
kualitas pala impor cukuplah tinggi. Walupun pertumbuhan impor pala jauh lebih
tinggi dari ekspor pala, namun bila dilihat dari neraca perdagangan pala yang
positif (surplus) menandakan bahwa peluang usaha tani pala di Indonesia
sangatlah prospektif, dan bila dilihat dari sejarah memang pala adalah tanaman
asli Indonesia yang berasal dari Pulau Banda (Maluku).
Menurut
kami Sumber daya pala di Indonesia cukup melimpah, akan tetapi pengelolaannya
masih kurang optimal karena sumber daya pala tersebut kurang mendapat perhatian
dari pemerintah. Hampir 100% pengusahaan
tanaman pala adalah Perkebunan Rakyat (PR), sehingga pengembangannya akan
berdampak langsung pada kesejahteraan rakyat. Tidak dipungkiri bahwa pala
merupakan komoditas andalan pada wilayah
tertentu yang berdampak pada aspek ekonomi maupun sosial budaya. Permasalahnya yaitu sumber daya pala kurang
di olah secara optimal. Dari pembahasan yang telah kami ungkap di atas bahwa
dari segi volume kuantitas ekspor lebih besar dibandingkan kuantitas impor, sedangkan
pertumbuhan ekspor pala lebih kecil dari pertumbuhan impor . Di lihat dari segi
kualitas, impor pala lebih kecil dibandingkan dengan ekspor. Permasalahan yang
terjadi karena produk mentah pala dalam
negri, kualitasnya tidak sebaik pala yang di impor. Produk turunan pala dalam
negeri, kalah bersaing dengan produk negara-negara lain pengekspor pala. Hal
ini disebabkan karena negara lain pengekspor pala mampu mengolah pala menjadi
suatu produk yang bernilai jual tinggi. penanaman buah pala di Indonesia cukup
signifikan, karena potensi alam Indonesia
sangat mendukung. Ekspor pala merupakan salah satu sumber devisa negara,
Seharusnya pemerintah dapat memberi penyuluhan
kepada rakyat yang mengelola perkebunan pala sehingga dapat menghasilkan
pala yang berkualitas tinggi dan memperbanyak produk dari pengolahan bahan
mental pala untuk kemajuan perekonomian Indonesia.
Nama :
1. Febriana Puspita Sari (22210688)
2. Sartika (26210394)
Kelas:
SMAK-04
Tidak ada komentar:
Posting Komentar